Headlines

Kejayaan Islam Dalam Dunia Kedokteran dan Kesehatan ( 1 )

Kaum Muslimin di era kejayaannya –di masa kekhilafahan- merupakan sebuah umat yang benar-benar maju dalam segala aspek kehidupan. Dari mulai bidang ilmu pengetahuan, astronomi hingga dunia kesehatan dan kedokteran, umat Islam benar-benar tak tertandingi oleh siapapun. 
Khusus dalam bidang kesehatan dan kedokteran, sejarah telah mencatat bagaimana dikala bangsa yang lain masih berkubang dalam ketertinggalan dan keterbelakangan di segala bidang kehidupan, umat Islam telah jauh lebih maju melampaui batas-batas kemampuan umat yang lainnya.

Biramistan, Rumah Sakit Pertama Di Dunia Yang Dibangun Oleh Umat Islam

kita melihat sekarang Islam mengalami banyak kemunduran di berbagai bidang. Sangat jauh sekali kondisi ketika zaman keemasan Islam dulu dengan Islam sekarang ini. Tentunya kita sebagai seorang muslim, merasa sedih dengan kondisi ini. Bagaimana kita lihat sekarang umat Islam banyak di tindas di belahan dunia, dihina, dilecehkan, dan kita hanya bisa melihat dan menonton umat kita dicabik-cabik harga dirinya oleh musuh-musuh Islam. Apakah kita pantas seperti ini? kesalahan siapa semua ini? sehingga Islam sekarang seperti ini. Ini tidak lain adalah kesalahan kita sendiri sebagai umat Islam karena telah terlena oleh kenikmatan-kenikmatan dunia.

Kita lupa akan kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. bahkan kita sudah tidak lagi memahami Islam dengan benar, sehingga karena pemahaman kita yang salah itu sekarang kita seperti ini. Dengar baik-baik ayat Al-Quran ini wahai saudaraku, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS.Ar-Raad:11). Coba renungkan sejenak ayat itu, ini semua karena kelalaian dan kemalasan kita sehingga kita sekarang seperti ini. Kita tidak boleh hanya berdiam diri, berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT tanpa mengambil sebab atau tindakan untuk merubah keadaan kita sekarang ini.

Jika kita membaca buku-buku sejarah Islam, disana kita akan menemukan bahwa umat Islam mengalami kemajuan di segala bidang. Baik itu bidang ekonomi, politik, pendidikan, dan bidang kedokteran. Salah satu buktinya di bidang kedokteran adalah dibangunnya rumah sakit pertama oleh umat Islam. Dimana ketika itu di Barat ataupun di Eropa belum ada yang namanya rumah sakit.

Sejarah dibangunnya rumah sakit pertama itu oleh umat Islam sangat indah sekali. Dimana ketika itu Khalifah ingin membangun sebuah tempat untuk membantu orang-orang yang sakit dan untuk kesehatan. Maka Khalifah bertanya kepada salah satu cendikiawan Muslim pada saat itu, yaitu Ar-Razi. Dia bertanya, “apa yang kita butuhkan untuk membangun sebuah rumah sakit?”. Dan ketika Ar-Razi ditanya seperti itu, dia terpikir dan melakukan sebuah percobaa. Dimana percobaan atau eksperimen itu merupakan salah satu dari percobaan-percobaan pertama di dalam sejarah.

Ketika itu Ar-Razi meminta kepada murid-murdinya untuk masing-masing membawa sebuah potongan daging. Dan para murid itu disebar di tempat-tempat yang berbeda. Dan ketika melihat hasilnya, bahwa potongan-potongan daging yang diletakan atau berada di tempat buruk. Daging itu akan cepat rusak dan membusuk, beda halnya dengan potongan-potongan daging yang berada di tempat indah, tinggi, dimana udaranya sejuk dan murni. Potongan-potongan daging itu kemungkinan untuk kotor dan membusuknya lebih sedikit. Atau lain kata, daging itu tidak cepat membusuk.

Kesimpulannya apa? bahwa udara yang sejuk dan murni itu sangat baik dan bermanfaat untuk orang-orang yang sakit. Bayangkan ketika ada seseorang yang mempunyai luka luar. Mungkin karena jatuh atau tersayat pisah. Jika dia berada di tempat yang buruk, lukanya itu akan terkotori dan bertambah parah. Atau mungkin saja dia akan mati. Tapi jika dia berada di tempat yang baik, udaranya segar dan murni. luka itu akan cepat sembuh. Dan ketika itulah, rumah sakit Islam pertama itu dibangun atas dasar – dasar itu. Dimana ketika Islam membangun rumah sakit itu, dibangun atas dasar keindahan, kenyamanan, dan kesehatan.

Gb.1

Gb.1 dan Gb.2, Bangunan kuno Rumah Sakit Bimaristan
yang masih terawat dengan cukup baik hingga saat ini.

Tapi kita lihat pada waktu itu, di zaman yang sama. Pada masa itu, barat dan Eropa masih berada pada zaman kebodohan atau kegelapan ilmu. Yang dimana disana hanya ada yang namanya “Hospital” yang di ambil dari kata “Hospitality” yang artinya tempat untuk bertamu. Yang memang itu dibangun untuk bertamu. Tapi mereka gunakan itu untuk pengobatan atau dijadikan seperti rumah sakit seperti itu.

Dan pada saat itu, ada sebuah pemikiran yang aneh di mereka. Dimana mereka mengira bahwa ruangan yang gelap, tertutup, dan bercampur baur akan lebih baik untuk orang sakit dibanding ruangan yang bercahaya, terbuka, dan dipisah. Kita bisa lihat disini, bagaimana Islam lebih unggul di dasar dan konsep pembangunan rumah sakit. Dimana pada saat itu Islam membangun rumah sakit dengan konsep alami. Dimana pasien ditempatkan di ruangan terpisah. Agar satu sama lain tidak saling tertular, ruangan yang terbuka dan alami, dimana kita dapat menghirup udara sejuk disana.

Sebelum Islam datang dan mencapai masa kejayaannya, dunia ternyata belum mengenal konsep rumah sakit. Barat atau Eropa pada saat itu membangun atas dasar konsep yang berlawanan. Dimana saat itu yang namanya “Hospital” sangat tidak layak dan mengerikan. Bangsa Yunani, misalnya, merawat orang-orang yang sakit di rumah peristirahatan yang berdekatan dengan kuil untuk disembuhkan pendeta. Proses pengobatannya pun lebih bersifat mistis yang terdiri atas ritual sembahyang dan berkorban untuk dewa penyembuhan bernama Aaescalapius.

Dan bukti ini bisa kita lihat dari salah satu orang Prancis pada zaman itu yang menggambarkan bagaimana keindahan rumah sakit Islam itu. Ketika dia masuk ke rumah sakit itu dan melihat keindahannya. Dia mengirim surat untuk ayahnya, dan tulisan surat ini bisa dilihat dalam kitab “As-Syamsul Islam tasaa’ lil gorb”. Disurat itu dia menggambarkan bagaimana indahnya. Dia berkata “ketika pegawai membawa saya ke ruangan khusus laki-laki, disana saya diberikan sebuah kamar mandi yang ada air hangatnya, dan juga baju yang bersih untuk dipakai. dan semua itu diberkan oleh pihak rumah sakit. Dan Disana sangat indah, semuanya putih seperti sutra, air mengalir di setiap tempat secara rapih. dan ketika saya mau memasuki ruangan, terlihat disamping ruangan sebuah perpustakaan besar, sangat besar sekali yang disediakan oleh para dokter untuk para murid”.

Dalam artikel bertajuk Islamic Medicine History and Current Practice, Husain. F. Nagamia MD mengungkapkan, sederet rumah sakit baru dibangun dan dikembangkan pada mulai awal kejayaan Islam.

Pada masa itu, tempat mengobati dan merawat orang yang sakit dikenal dengan sebutan 'Bimaristan' atau 'Maristan'. Kalimat “Biramistan” ini diambil dari bahasa Farsi, yang artinya yaitu rumah sakit. Ide membangun rumah sakit sebagai tempat merawat orang sakit mulai diterapkan pada awal kekhalifahan Islam,'' papar Husain yang pernah menjabat sebagai ketua Institut Internasional Ilmu Kedokteran Islam (IIIM) ini.

Konsep rumah sakit pertama dalam peradaban Islam dibangun atas permintaan Khalifah Al-Walid (705-715 M) dari Dinasti Umayyah. Pada awal didirikan, keberadaan tempat perawatan yang dikenal dengan nama 'Bimaristan' itu digunakan sebagai tempat isolasi bagi para penderita lepra yang saat itu sedang merajalela.

Rumah sakit Islam pertama yang sebenarnya, menurut Husain, baru dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M). Rumah sakit tersebut berada di Kota Baghdad, pusat pemerintahan kekhalifahan Islam saat itu. Rumah sakit ini dikepalai langsung oleh Al-Razi, seorang dokter Muslim terkemuka yang juga merupakan dokter pribadi khalifah.

Rumah sakit lainnya di Kota Baghdad adalah Al-Audidi yang didirikan pada tahun 982 M. Nama tersebut diambil dari nama Khalifah Adud Ad-Daulah, seorang khalifah dari Dinasti Buwaihi. Al-Audidi merupakan rumah sakit dengan bangunan termegah dan terlengkap peralatannya pada masanya.

Ibnu Djubair dalam catatan perjalanannya mengisahkan bahwa ia sempat mengunjungi Baghdad pada 1184 M. Ia melukiskan bangunan rumah sakit yang ada di Baghdad, seperti sebuah istana yang megah. Airnya dipasok dari Tigris dan semua perlengkapannya mirip istana raja. Manajemen perawatan yang tertata rapi menjadi ciri khas Rumah Sakit Al-Audidi. Para pasien juga dibedakan antara pasien inap dan rawat jalan.

Sayangnya, bangunan rumah sakit ini hancur bersamaan dengan invasi tentara Tartar (Mongol) pimpinan Hulagu Khan yang menyerbu Baghdad pada tahun 1258 M.

Tak cuma Baghdad, di beberapa wilayah lainnya, ilmu kedokteran Islam juga terus mengalami perkembangan. Di Kota Al-Fustat (ibukota Mesir lama) misalnya, dibangun sebuah rumah sakit pada tahun 872 M. Pendiriannya digagas oleh Ahmad Ibn Tulun, seorang gubernur Mesir pada masa Dinasti Abbasiyah. Dalam rumah sakit itu terdapat perpustakaan yang kaya akan literatur medis.

Pada 830 M, di Kota Ad-Dimnah (wilayah Tunisia saat ini) sudah berdiri sebuah rumah sakit megah bernama Al-Qairawan. Rumah sakit ini bahkan sudah menerapkan sekat pemisah antara ruang tunggu pengunjung dan pasien.

Bangunan rumah sakit lain pada masa kekhalifahan Islam bisa kita jumpai di Kota Marrakech, Maroko. Adalah Khalifah Al-Manshur Ya'qub ibn Yusuf yang menggagas pendirian rumah sakit Marrakech ini.

Pada tahun 1055 M, di wilayah kekuasaan Islam lainnya, Yerussalem, berdiri sebuah rumah sakit bernama As-Sahalani. Di bawah kekuasaan Shalahuddin Al-Ayyubi, rumah sakit ini mengalami perluasan dan pembenahan hingga akhirnya bangunan rumah sakit tersebut hancur ketika gempa bumi melanda wilayah Yerussalem pada 1458 M.

Keberadaan rumah sakit pada masa kejayaan Islam juga ada di Kota Damaskus. Namanya Rumah Sakit Al-Nuri. Didirikan pada 1154. Nama Al-Nuri mengacu nama seorang panglima perang Muslim pertama yang berhasil mengalahkan tentara Salib, Nur Al-Din Al-Zangi.

Ilustrasi Rumah Sakit Granada di Andalusia (kini Spanyol).
Rumah Sakit Al-Nuri merupakan rumah sakit pertama yang sudah menerapkan sistem rekam medis. Sebuah terobosan awal yang sangat langka pada masa itu. Dalam perkembangannya, rumah sakit ini juga berperan sebagai sekolah kedokteran.

Sederet ilmuwan ternama tercatat pernah menuntut ilmu di Al-Nuri. Salah satunya adalah Ibnu An-Nafis (1208-1288 M) yang merupakan ilmuwan pertama yang secara akurat mendeskripsikan sistem peredaran darah dalam tubuh manusia.

Di kota lainnya, Granada, juga berdiri bangunan rumah sakit Granada pada tahun 1366 M. Menurut Dr Hossam Arafa dalam tulisannya berjudul Hospital in Islamic History, pada akhir abad ke-13, rumah sakit sudah tersebar di seantero Jazirah Arabia.

Karakteristik Rumah Sakit Islam

Pada era keemasan Islam, rumah sakit yang tersebar di kawasan Arab memiliki karakteristik yang khas. Pertama, rumah sakit Islam melayani semua orang tanpa membedakan warna kulit, agama, serta strata sosial.

Rumah sakit dikelola pemerintah. Direkturnya biasanya seorang dokter. Di sebuah rumah sakit, meski berbeda agama, semua dokter dapat bekerjasama dengan baik untuk menyembuhkan pasiennya.

Kedua, sudah diterapkan pemisahan bangsal. Pasien laki-laki dan perempuan menempati bangsal yang terpisah. Penderita penyakit menular juga dirawat di tempat yang berbeda dengan pasien lainnya. Ketiga, pembagian perawat. Perawat laki-laki bertugas merawat pasien laki-laki dan perawat perempuan merawat pasien perempuan.

Keempat, memerhatikan kamar mandi dan pasokan air. Dalam kondisi sehat ataupun sakit, shalat tetap merupakan sebuah kewajiban. Meski begitu, orang yang sakit mendapat keringanan untuk melaksanakan shalat berdasarkan kemampuan fisiknya..... (Bersambung)

Link terkait : Kejayaan Islam Dalam Dunia Kedokteran dan Kesehatan ( 2 )


1 comment:

  1. Assalammu,alaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Terimakasih atas smuailmunya yg sdh ditularkan, barakallahuffik

    ReplyDelete

Yayasan Al-IkhlasAll rights reservedyayasanalikhlas.net Copyright © 2014

Theme images by Bim. Powered by Blogger.