Pagi-pagi di keesokan harinya kami mendapat kabar yang mengejutkan, 2 orang ikhwah, akhuna Ninizhar dan akhuna Musa mujahidin yang kemarin sebelum semobil dengan kami Syahid insyaAllah dalam baku tembak sengit dengan tentara rezim Syiah di Calma dan banyak menewaskan tentara rezim berkali lipat. Kami segera bergegas menuju kediamannya di desa Dwerke. sesampainya di sana sudah banyak ikhwah yang melayat. Sesampai disana kami berpelukan untuk saling menguatkan kesabaran. Beberapa ikhwan yang sangat dekat dengan beliau menangis tersedu, sementara mata sayapun mulai menghangat. Ketika jenazah datang kami bergegas menyambutnya. Kemungkinan besar keduanya terkena tembakan sniper tentara rezim, dan keduanya langsung dikuburkan tanpa dimandikan dan tanpa disholatkan.
Pemandangan berikutnya lebih mengharukan. Ayah dari salah seorang syahid datang untuk menemui pelayat. Ketika para ikhwan bersalaman dan memeluk beliau untuk mengucapkan belasungkawa, beliau berkali-kali mengucapkan
" Hanniuunii, Hanniuunii ! "
" Gembirakanlah aku, gembirakanlah aku !"
" Laa tu'dzuunii ... laa tu'dzuunii .."
" Jangan sakiti aku, jangan sakiti aku !"
Beliau mengatakan hal ini dengan wajah sumringah, dan tangisan kamipun pecah menyaksikan ketegaran Ayah beliau. Padahal baru 2 hari Ayah dan anak ini bertemu setelah dalam waktu lama mereka berpisah. Sayapun tersedu, bukan menangisi sang syahid tapi menangisi diri sendiri kenapa bukan yang terpilih untuk menjadi syahid. Rasanya semakin sempit saja jiwa ini untuk hidup di dunia.
Semoga Allah menerima dan menjadikan akhir hidup kita dalam keadaan husnul khatimah, syahid disisi-Nya.
Tim Bravo, Suriah
No comments:
Post a Comment